SINGKONG DAN KEJU

Diposting oleh deary amie ayag di Rabu, Februari 09, 2011

" NE TUGAS BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBUAT DRAMA... YAH CERITANYA MIRIP DENGAN CINTA SINGKONG DAN KEJU DI SCTV..., KARENA SINETRON ITULAH INSPIRASINYA... HHA TAPI NGGAK SEPENUHNYA SAMA KARENA DI REVISI... HHA JADI YA SEPERTI INILAH...."

Adegan pertama

Pagi hari di dalam rumah terdapat gadis yang bernama Juminten sedang merenungi nasib karena ia teringat almarhum kedua orangtuanya yang meninggal tiga bulan lalu. Kedua orangtuanya yang masih terikat hutang dengan renternir sombong di desanya.

Juminten : Dasar renternir, bisanya menginjak-injak rakyat kecil. Harta selaut, masih saja memperbudak rakyat kecil (berjalan keluar rumah lalu membanting pintu)

Paimen : Juminten… Juminten… kowe ki ngopo? Misuh-misuh dewe! (mengejar Juminten)

Juminten : Renternir pojokan desa kae! Aku sebel tenan!

Paimen : Yowes, tenangno pikirmu! Aku macul disik (pergi meninggalkan Juminten)

Juminten : Wela dijak cerita malah macul! (menengok ke belakang)

Tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang melaju kencang. Mobil itu berhenti tepat didepan badan Juminten, lalu keluar cowok yang berambut pirang.

Juminten : Heh, dasar cowok nggak punya mata!

Alfred : You cewek kampungan! Jalan menghadap ke depan, bukan ke belakang. Di depan ada mobil mewah, jadi kotor mobilku.

Juminten : You… you… you maksudnya Yuyu, lihat pakai mata! Cewek cantik dibilang yuyu.

Alfred : Nggak level, cewek tipe kamu dibilang cantik (menaiki mobilnya)

Lalu Alfred melaju dan Juminten hanya berdiri terpaku.

Juminten : Cowok nggak tahu diri! (berjalan)

*****

Adegan kedua

Keesokan harinya di depan rumah megah pojokan desa, saat Juminten akan berangkat menuju sekolah.

Cewek desa : Alfred, foto dong! Tanda tangan! (mengerumuni Alfred)

Juminten : Cewek-cewek desa kenapa ngerumuni Alfred? (mengintip dari balik pagar)

Juminten : (berjalan menghampiri Alfred) Ngapain di depan rumah renternir?

Alfred : Uptome! Ngapain kamu cewek kampungan mau ikutan foto?

Juminten : (hanya diam)

Alfred : Asal kamu tahu ya, ini rumahku dan Bu Hany itu mamiku!

Juminten : Ooo anak renternir (pergi meninggalkan Alfred)

*****

Adegan ketiga

Juminten kembali berjalan menuju ke sekolah, sambil berfikir apa benar cowok itu anaknya renternir yang dibencinya.

Paimen : Juminten!!!! (berlari mengejar Juminten)

Juminten : Ngopo?

Paimen : Bareng

Mereka berjalan berdua menuju ke sekolah

*****

Adegan keempat

Saat dikelas

Bu Guru : Diam-diam jangan berisik (menoleh ke pintu)

Datanglah Alfred

Bu Guru : Anak-anak ini teman baru kalian, dia bersekolah disini untuk mengisi liburannya, karena di Inggris sedang musim dingin.

Alfred : Nama saya Alfredito Geangger, kalian dapat memanggil saya Alfred, saya bersekolah di Inggris, tepatnya di kota Manchester, rumah saya di pojok desa ini. Saya berharap kalian dapat menerima kedatangan saya.

Bu Guru : Silahkan duduk di sebelah Juminten, karena bangku yang kosong hanya disebelah Juminten. Saya harus menghadiri rapat dinas di kabupaten, jangan berisik ya anak-anak! Dan kerjakan tugas yang ibu berikan.

Alfred : (berjalan menuju ke meja Juminten)

Siswa : Ya, Bu!

Juminten : (dalam hati berkata “sial kenapa harus sebangku dengan si bulepotan. Mending kalau bule”)

Juminten : (menatap Alfred)

Alfred : Apa lihat-lihat, belum pernah lihat bule ya?

Juminten : (hanya diam, tetapi tetap menatap sinis)

*****

Adegan kelima

Teng…teng…teng

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa bersiap menuju rumah masing-masing tanpa mendapat aba-aba dari ibu guru.

Bu Hany : Hai sayang, bagaimana sekolahnya? (sambil merangkul Alfred)

Alfred : Oh my God. Mami tega, mana aku betah sekolah ditempat kampungan seperti ini!

Bu Hany : Ini hanya selama musim dingin. Mami juga tidak tega melihat kamu sekolah di tempat kumuh seperti ini (membuka pintu mobil)

Lalu Bu Hany dan Alfred menuju ke rumah.

*****

Adegan keenam

Ditengah sawah, sepulang sekolah. Juminten mencari rumput untuk memberi makan kambingnya yang bernama Simbe, ditengah perjalanan pulang Juminten bertemu dengan Alfred.

Alfred : E… Cumi kamu bawa apa? (membawa sayur-sayuran)

Juminten : Suket (tanpa ekspresi)

Alfred : What do you say?

Juminten : I’am beautiful

Alfred : What? Are you sure? Do you have mirror?

Juminten : Yes…yes…yes

Juminten : (dalam hati berkata “kowe ki ngomong opo?”)

Alfred : Dasar Cumi bahasa Inggris berantakan, pakai bahasa Inggris.

Juminten : Terserah aku dong Bulepotan (memalingkan wajah)

Juminten : Habis dari pasar ya kamu? Bawa singkong sama bayam.

Alfred : Nggak mungkin aku ke pasar, yang ada ke mool!

Juminten : Mool? Apa itu? Terus sayur-sayuran itu dari mana?

Alfred : Mool itu tempat belanja untuk orang-orang kaya. Ini dari ibu-ibu kampung sini, biasa yang nge-fans­ sama aku banyak.

Juminten : Ok ini rumput untuk memberi makan Simbe dan ini sebagian untuk kamu (memberikan sebagian rumput pada Alfred)

Alfred : Untuk apa rumput ini?

Juminten : Untuk makan kamu. Aku nggak punya uang untuk mengajakmu ke restoran, jadi aku kasih rumput saja (pergi meninggalkan Alfred)

Alfred : (tertawa) Lama-lama aku jadi tertarik dengan kelakuan dia, polos dan lucu.

*****

Adegan ketujuh

Siang hari di dalam rumah Bu Hany, Juminten beserta Paimen duduk kaku.

Juminten : Bu, saya ingin membayar hutang bapak dan ibu saya (menunduk)

Bu Hany : Jadi semuanya Rp. 900.000,00

Juminten : Opo? Rp. 900.000,00? Orangtua saya hanya hutang Rp. 400.000,00 kenapa jadi Rp.900.000,00?

Bu Hany : Bunga selama tiga bulan.

Alfred : (keluar dari kamar dan mendengar percakapan Juminten dengan Bu Hany)

Juminten : Orangtua saya sudah meninggal, saya menabung dari hasil kerja keras saya di pasar, jualan koran, mengambil barang bekas, untuk makan saja susah. Masih saja dibebani dengan hutang (menunduk)

Bu Hany : Bukan urusan saya!

Alfred : (merasa iba)

Paimen : Ya, Bu! Besuk saya bayar

Juminten : Uang dari mana? (mengangkat kepala dan menatap Paimen)

Paimen : Uwes ora dipikir (menuntun Juminten keluar dari rumah Bu Hany tanpa berpamitan)

*****

Adegan kedelapan

Di tengah sawah, Juminten duduk berdua dengan Paimen.

Juminten : Men, aku ki pengin mengubah penampilan aku (memandang kearah langit)

Paimen : Lha ngopo to? (memandang Juminten)

Juminten : Aku arep nunjukke karo wong desa, nek aku ora jorok. Aku cewek normal

Paimen : Yowes… tak ewangi

Juminten : (kaget) matur nuwun yo, Men!

Paimen : Yo podo-podo

Akhirnya Paimen membantu mengubah penampilan Juminten, rambut Juminten yang kepang dua kini tidak ada lagi. Dan Juminten terlihat lebih cantik.

Juminten : Aku arep lungo yo, Men! Titip Simbe (berjalan meninggalkan Paimen)

Paimen : Lungo nandi?

Juminten : Omahe Alfred

Paimen : (mengejar Juminten)

Juminten : ngopo?

Paimen : kowe seneng karo Alfred?

Juminten : (mengangguk)

Paimen : Masyaallah Juminten!

Juminten : Lha ngopo?

Paimen : Aku wedi kowe bakal loro ati gara-gara Alfred

Juminten : Ah.. ora mungkin!

Paimen : Kowe karo Alfred ki bagaikan singkong dan keju

Juminten : Singkong dan keju dicampur enak (berlari meninggalkan Paimen)

Paimen : (menggeleng kepala)

*****

Adegan kesembilan

Disebuah taman. Alfred duduk sendirian.

Alfred : Semua cewek di desa ini tergila-gila sama aku, tapi kenapa Juminten tidak? Padahal cewek yang berhasil menarik perhatianku adalah Juminten, dengan kelakuannya yang lugu dan polos.

Juminten : (lewat di depan Alfred)

Alfred : (terpaku melihat penampilan Juminten)

Alfred : Cumi!

Juminten : (menghampiri Alfred)

Alfred : Cantik juga kamu (tersenyum, menatap Juminten)

Juminten : (diam, hanya tersenyum manis)

Alfred : Aku menyesal sudah bilang kamu tidak cantik (menunduk)

Juminten : (duduk disamping Alfred) Tapi benarkan aku cantik?

Alfred : Iya (mengangguk mantap)

Alfred : Sepertinya kita serasi

Juminten : Kenapa?

Alfred : Sama-sama belum punya pacar

Juminten : (tertawa, sambil memukul lengan Alfred pelan)

Alfred : Kamu lihat dua kelinci itu, mereka sangat bahagia, karena dapat berdua dengan pasangannya, dan begitupula aku, aku sangat bahagia dapat duduk berdua dengan orang yang aku sayang.

Juminten : (diam)

Alfred : Gimana dengan kamu?

Juminten : (mengangguk)

Alfred : Sehati dong! (tertawa)

Juminten : (tertawa)

Di taman itulah mereka mengikrarkan janji mereka untuk saling setia.

*****

Adegan kesepuluh

Dirumah Juminten, Alfred dan Juminten belajar bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional.

Alfred : I love you berarti aku cinta kamu

Juminten : I love you

Alfred : (tersenyum) aku kasih pertanyaan ya?

Juminten : Iya

Alfred : What do you do?

Juminten : I love you (tersenyum)

Alfred : (tertawa) iya, tapi yang benar kamu jawabnya I’am studying atau I’am speking. Seperti yang kamu lakukan saat ini

Juminten : (tertawa) sebentar ya, aku ke dapur dulu (berjalan menuju dapur)

Juminten mengambil singkong goreng yang memang disiapkan untuk Alfred.

Juminten : (datang mengambil singkong goreng)

Alfred : Apa itu?

Juminten : Ini singkong

Alfred : (mencium singkong yang dibawa Juminten) nggak enak, dari baunya udah kelihatan!

Juminten : (mengambil singkong lalu memakannya) enak

Alfred : (mengeluarkan keju dari sakunya)

Juminten : Apa itu?

Alfred : Ini cheese

Juminten : Cheese apa?

Alfred : Keju

Juminten : (memakan keju yang dibawa Alfred) nggak enak, bau lagi

Alfred : (memakan keju) enak! Bergizi pula

Mereka berdua sibuk memakan makanan kesukaan masing-masing.

*****

Adegan kesebelas

Di sebuah taman, Alfred dan Bu Hany sedang berjalan-jalan.

Bu Hany : Sayang, kamu pacaran sama Juminten?

Alfred : (menunduk) nggak Mi, Alfred nggak level sama cewek kampungan

Tanpa disadari Juminten lewat bersama Paimen dan mendengar perkataan Alfred.

Bu Hany : Mami juga tidak setuju, anak mami tersayang pacaran sama cewek jorok

Alfred : Iya, Mi! Di Inggris ceweknya jauh lebih cantik. Dan nggak mungkin Alfred sama Juminten, dia bukan selera Alfred, Mi!

Bu Hany : Iya, sayang.

Alfred : (melihat Juminten, terkejut)

Juminten : (lari)

Paimen : (mengikuti Juminten)

Bu Hany : Itu Juminten

Alfred : Iya, Mi. kampungan banget dia

Bu Hany : Betul sayang

Alfred : (dalam hati berkata “Juminten maafkan aku”)

*****

Adegan kedua belas

Juminten lari, ia menuju ke tengah sawah, dan disana terdapat gubuk kecil. Ia menangis ditempat itu.

Paimen : Itu yang aku takutkan sejak dulu. (duduk disebelah Juminten)

Juminten : Aku memang bodoh (sambil menangis)

Paimen : Tanpa kamu tahu, sebenarnya aku juga sayang sama kamu. Dan aku berharap dapat menggantikan posisi Alfred

Juminten : Kowe ki ngomong opo? (menghapus air mata)

Paimen : Aku tenan

Juminten : Dari dulu sampai sekarang perasaan aku ke kamu tetap sama, cuma sebagai sahabat.

Paimen : Iya aku tahu (menunduk)

Juminten : Aku cuma ingin kita bersahabat selamanya

Paimen : (tersenyum)

*****

Adegan ketiga belas

Malam hari, di ruang tamu rumah Bu Hany.

Alfred : Mami, kenapa mami tidak melunasi hutang-hutang warga? Kasian Mi mereka

Bu Hany : Tidak bisa sayang, kamu bersekolah di Inggris karena bunga dari warga yang hutang

Alfred : Tapi kalau warga kecewa dan marah sama mami, rumah kita dihancurin, kita mau bangun dari mana?

Bu Hany : Tapi mami nggak bisa, sayang!

Alfred : Mi, kalau warga suka dengan mami , siapa tahu mami bisa jadi kepala desa atau bisa kerja di kelurahan

Bu Hany : Betul juga

Alfred : Iya betul, Mi!

Bu Hany : Jadi mami harus melunasi hutang warga

Alfred : Seratus untuk Mami, Mami pintar (tersenyum)

Bu Hany : Anak Mami juga pintar (tersenyum)

Saat itu juga Bu Hany mengambil kwitansi dan melunasi semua hutang warga termasuk Juminten.

*****

Adegan keempat belas

Alfred menuju rumah Juminten dengan membawa kwitansi hutang Juminten yang sudah lunas. Tok….tok….tok….

Juminten : (membuka pintu) pergi dari sini!!

Alfred : Beri aku waktu, ini untuk kamu (memberikan kuitansi)

Juminten : (diam, menerima kuitansi)

Alfred : Maafkan aku, aku

Juminten : (Memotong pembicaraan Alfred) udah cukup! Bangga kamu? Bilang ke teman-teman bulemu di Inggris kalau udah berhasil mempermainkan hati cewek kampungan yang lugu seperti aku!

Alfred : Dengerin aku dulu! Aku akan jelasin semua

Juminten : Nggak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas (menutup pintu)

Alfred pergi dari rumah Juminten, ia tidak menyangka Juminten seperti itu. Hanya Juminten yang ia sayang, namun untuk merebut hati Juminten ia sampai jatuh bangun.

Juminten : (di dalam kamar, menangis) sebenarnya aku tidak dapat membohongi bahwa aku memang benar-benar mencintaimu.

*****

Adegan kelima belas

Sore hari di teras rumah Bu Hany.

Bu Hany : Sayang, kenapa kamu lesu? Besuk sore kamu harus kembali ke Inggris

Alfred : Iya, Mi!

Bu Hany : Terus kenapa kamu lesu?

Alfred : (diam)

Bu Hany : Sayang, Mami tahu kamu cinta sama Juminten kan? Mami sebenarnya tidak setuju kamu dengan Juminten. Tapi kamu masih remaja kamu harus sekolah dan memikirkan masa depan kamu. Namun apa daya cintamu kepada Juminten sangat besar, jadi Mami perbolehkan kamu dengan Juminten

Alfred : Beneran, Mi?

Bu Hany : Iya sayang, almarhum papi kamu pernah berpesan untuk bahagiakan kamu

Alfred : Makasih Mamiku tersayang

Bu Hany : Tapi belajar tetap nomor satu lho…

Alfred : Beres, Mi

Bu Hany : Dulu Mami daan Papi juga seperti kamu dan Juminten. Tapi Mami berada di posisi Juminten, mami dulu miskin sedangkan papimu kaya raya.

Alfred : (mengangguk)

Bu Hany : Sekarang kamu kejar cintanya Juminten

Alfred : OK Mami!

*****

Adegan keenam belas

Malam hari, dirumah Paimen

Paimen : Ada apa datang kesini ?

Alfred : Aku ingin minta tolong

Paimen : Apa?

Alfred : Besok sore jam 15.00 aku akan kembali ke Inggris, namun aku ingin Juminten dapat memaafkan aku

Paimen : Terus?

Alfred : Aku mohon bantuan kamu

Paimen : (berfikir) iya, aku akan bantu kamu untuk merebut hati Juminten

Alfred : terimakasih (tersenyum)

Paimen : Aku ingin melihat Juminten bahagia

*****

Adegan kelima belas

Siang hari didepan rumah Juminten.

Alfred : Juminten, andai waktu dapat kuulang kembali aku pasti tidak akan menyakiti hati kamu

Juminten : (keluar dari rumah, duduk di bangku depan)

Alfred : Juminten, sebenarnya dan sejujurnya aku sayang sama kamu, apa kamu mau menerima aku lagi?

Juminten : Aku hargai kejujuran kamu, tapi maaf aku tidak bisa

Alfred : Kenapa? (menunduk)

Juminten : Aku nggak mau sakit lagi, ini semua sudah sangat menyakitkan (masuk ke dalam rumah)

Alfred : (menunduk, dan berjalan meninggalkan rumah Juminten)

Cinta Alfred ditolak, Paimen bertindak. Ia memasuki rumah Juminten lewat pintu belakang yang memang tidak terkunci.

Paimen : Kamu kenapa membohongi perasaan kamu sendiri?

Juminten : Aku nggak mau sakit hati lagi

Paimen : Tapi pengorbanan Alfred yang dia lakukan sudah cukup besar, apa kamu masih belum yakin dengan cintanya?

Juminten : (menggeleng)

Paimen : Asal kamu tau, jam tiga sore nanti, Alfred akan kembali ke Inggris. Waktu kamu tidak banyak! Tunjukkan pada Alfred kalau kamu juga masih cinta .

Juminten : Apa? Ke Inggris?

Paimen : Iya

Juminten : (berlari keluar rumah dan menuju rumah Alfred)

*****

Adegan keenam belas

Di depan rumah Alfred.

Juminten : Alfred! I love you

Alfred : (keluar bersama Bu Hany)

Alfred : Juminten?

Juminten : Aku kesini ingin membalas cinta kamu (tersenyum)

Alfred : (tersenyum) makasi Juminten!

Bu Hany : (menghampiri Juminten)

Juminten : (menyalami tangan Bu Hany)

Bu Hany berada di tengah-tengah Alfred dan Juminten, karena Bu Hany telah menganggap Juminten anak sendiri.

Paimen : Juminten! Larinya jangan ngebut-ngebut!

Juminten : Udah telat!!

Juminten, Alfred, Bu Hany, dan Paimen tertawa bersama-sama

TAMAT

Amanat:

Kita harus mensyukuri apa yang kita punya, dan tidak boleh mempergunakan hak warga miskin. Dan kita tidak boleh menyakiti hati orang lain, walaupun hanya lewat perkataan.

0 komentar:


:P :D

:P :D
narsis.com waee...
 

Goresan Amie Wikhayah Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos